“Mencapai Finish dengan Kaki Terluka dan Berdarah”


“Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.” (Kis 20:24)
Saat itu hari sudah gelap dan mulai terasa dingin. Para penonton yang hadir di stadion olimpiade  kota Meksiko pun sudah mulai berpencar dan mulai beranjak untuk meninggalkan stadion.

Tetapi, raungan sirine dan peluit polisi seakan mengingatkan para penonton bahwa lomba marathon belum usai. Padahal, satu jam sebelumnya, para penonton sudah larut dalam sorak-sorai dengan  merayakan kemenangan Mamo Wolde, seorang pelari Ethipia, dalam lomba marathon olimpiade 1968.

Sesaat kemudian, seorang pelari marathon terakhir mulai memasuki arena stadion. Para penonton terkesima melihat pemandangan yang sangat tidak biasa ini.

Pelari marathon ini berlari dengan kaki yang berdarah dan penuh dengan perban. Pelari ini telah jatuh dan terluka saat mengikuti perlombaan, tetapi pelari ini tidak mau menghentikan langkahnya sebelum mencapai garis finis.

Sang pelari marathon dengan kaki pincang, sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, berjuang menjejakkan kaki langkah demi langkah. Dan penonton terus memberi tepuk tangan meriah, mendukung perjuangan sang pelari sampai mencapai garis finish.

Saat ditanya mengapa John Stephen Akwari tidak berhenti saja dari perlombaan. Atlet Tanzania yang luar biasa ini menjawab, “ Negara saya tidak mengirim saya ke kota Meksiko untuk memulai pertandingan. Negara saya mengirim saya untuk menyelesaikan pertandingan.”

Walau sudah tidak ada harapan menang lagi. Walau harus berjuang mengatasi rasa sakit yang teramat besar. Walau hanya tinggal dirinya seorang yang sedang berada dilintasan lari. Tetapi John Stephen Akwari membuktikan betapa perjuangannya tidak selesai saat dimulai, namun harus diselesaikan sampai tiba di garis finish.

Renungan

Hidup ini adalah sebuah perjalanan yang belum selesai sebelum Tuhan menutup usia kita. Selama kita masih belum mencapai garis finish kehidupan, selama itu pula perjuangan hidup kita masih terus berlangsung. Sebagaimana kita sudah memulai sesuatu dengan komitmen, mari kita juga belajar menyelesaikan komitmen kita dengan tuntas. (Bertinus Sijabat-Yogyakarta)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "“Mencapai Finish dengan Kaki Terluka dan Berdarah”"

Posting Komentar