“Tersentuh dengan Perkataan Anak Yang Miskin”


“Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya.” (2 Kor 3:16)
Anak yang kaya  dan anak yang miskin ini bertengkar satu sama lain. Perkelahian diantara keduanya dimenangkan oleh anak yang kaya.

Anak yang miskin mengakui kekalahannya dalam perkelahian ini.
Meski demikian, anak yang miskin ini memberikan alasan yang menyebabkan kekalahannya.

 “Jika aku makan sebagaimana makananmu, aku pasti menang!” Perkataan inilah yang disampaikan oleh anak yang miskin kepada anak yang kaya.

Anak yang miskin ini bangkit berdiri kembali dan menyeka wajahnya dari kotoran penuh debu. Kemudian, anak yang miskin berbaglik pergi meninggalkan anak yang kaya.

Perkataan ini begitu menohok perasaan anak yang kaya. Hatinya hancur karena mengakui kebenaran perkataan anak yang miskin.

Sejak saat itu, ada perubahan besar yang terjadi didalam diri anak yang kaya ini. Anak ini mulai menggunakan pakaian sederhana sebagaimana yang biasa dipakai anak yang miskin.

Anak yang kaya ini mulai mengembangkan belas kasihan kepada sesamanya. Dan anak yang kaya ini tidak mau lagi memanfaatkan kekayaan keluarganya.

Malah, anak yang kaya ini membaktikan seluruh hidupnya untuk menolong kaum miskin. Bahkan pelayanan dokter dan hamba Tuhan ini kemudian diarahkan sampai ke pedalaman Afrika.

Sejarah tidak mencatat mengenai nama anak yang miskin ini. Tetapi sejarah menulis dengan tinta emas, bahwa kejadian itulah titik balik kehidupan yang menggerakkan hati Albert Schweitzer.

Renungan

Titik balik kehidupan adalah saat seseorang memutuskan untuk mengubah arah hidupnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Titik balik adalah perubahan yang menyentuh hati, pikiran, dan  perbuatan. Sudahkah titik balik hidup kita berdampak bagi sesama dan bagi kemuliaan Tuhan? (Bertinus Sijabat-Yogyakarta)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "“Tersentuh dengan Perkataan Anak Yang Miskin”"

Posting Komentar