“Panggilan Melayani Tuhan Yang Meneguhkan”
Nats
Bacaan: Yer 1: 6-10
Pernahkah nama anda dipanggil karena keberhasilan dalam
mencapai prestasi yang luar biasa? Pernahkah nama anda dipanggil karena telah
melakukan kesalahan yang harus dipertanggungjawabkan? Panggilan nama karena
prestasi akan membuat kita merasa bangga, bahagia, dan merasa berharga.
Sementara, panggilan nama karena kesalahan bisa membuat kita merasa kikuk,
deg-degan, dan merasa takut.
Panggilan Tuhan pada Yeremia adalah panggilan yang menguatkan,
meneguhkan, dan mengokohkan pelayanan Yeremia. Panggilan Tuhan ini adalah
panggilan yang membuat Yeremia merasakan kekuatan baru, membuat Yeremia
meyakini panggilan hidupnya, dan membuat Yeremia mampu melanjutkan
pelayanannya.
Panggilan Tuhan kepada Yeremia adalah panggilan positif,
yaitu panggilan Tuhan yang menunjukkan bahwa Yeremia adalah orang yang
istimewa, berharga, berguna, dan diperhitungkan dalam penggenapan rencana
Tuhan. Panggilan Tuhan kepada Yeremia bukanlah panggilan negatif yang menuntut
pertanggungjawaban atas kesalahan yang telah diperbuat oleh Yeremia.
Bagaimana dengan panggilan Tuhan atau orang lain kepada
kita, apakah panggilan itu adalah
panggilan positif karena karya, prestasi, dan keberadaan kita yang
berarti bagi sesama? Atau, apakah panggilan itu lebih disebabkan oleh
kegagalan, kesalahan, dan kelemahan kita? Panggilan Tuhan yang meneguhkan
adalah panggilan yang membuat kita semakin bergairah dalam melayani Tuhan.
Panggilan yang meneguhkan adalah panggilan yang membuat kita merasa mampu,
sanggup, dan bisa melalui berbagai tantangan yang ada dengan penuh keyakinan
kepada Tuhan.
Bagaimanakah ciri-ciri panggilan Tuhan yang meneguhkan itu?
Hal-hal apakah yang membuat kita semakin teguh dalam melayani Tuhan? Hal-hal
apakah yang membuat kita tahu bahwa Allah telah
memilih kita untuk melayani-Nya?
1.
Panggilan Yang Disertai Dengan Pengutusan (Yer 1:6-7)
Maka aku menjawab: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya
aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." Tetapi
TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi
kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang
Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. (Yer 1:6-7)
Secara logika, alasan
Yeremia adalah alasan yang masuk akal, bisa dibenarkan, dan sangat jujur.
Namun, alasan seperti ini seringkali
jadi alasan pembenaran bagi banyak orang untuk tidak melayani, tidak mau
meresponi panggilan pelayanan, dan tidak terlibat dalam pelayanan.
Jika bagi manusia alasan
ini adalah alasan yang baik, maka bagi Tuhan alasan ini adalah alasan yang
sekedar dibuat-buat. Dan, Tuhan tidak mau mendengar alasan yang tidak masuk
akal bagi-Nya! Faktanya, Tuhan langsung mengkonfrontir jawaban Yeremia dengan
jawaban Tuhan yang penuh dengan ketegasan.
Bagi Tuhan, alasan masih
muda bukanlah jawaban yang benar. Apalagi alasan tidak pandai berbicara, hal
itu adalah alasan yang salah dihadapan Tuhan!
Memang, dalam hidup ini,
seringkali orang lain tidak menghargai kita karena kita masih muda.
Masih muda bisa berarti bahwa kita masih belum
banyak pengalaman, masih belum dikenal dan mengenal orang lain, belum memiliki
catatan prestasi yang luar biasa, pemula. Bahkan, muda bisa berarti: bahwa kita
belum punya apa-apa, belum punya titel yang cukup, belum memiliki kekayaan,
pelayanan masih awal-awal........!
Seringkali, ketika mau
melayani Tuhan, orang lain lebih tertarik dengan gelar theologia kita, seberapa
banyak prestasi kita, seberapa hebat kita dalam hidup ini atau seberapa banyak
jemaat dalam gereja kita. Hal inilah yang membuat alasan masih muda menjadi tampak benar dihadapan manusia.
Namun, ternyata dihadapan Tuhan, alasan masih muda bukanlah alasan yang benar.
Dengan lantang, Rasul
Paulus mengungkapkan,” Jangan
seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi
orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu,
dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”
(1Tim 4:12).
Ketika Tuhan memanggil dan
memilih kita untuk melayani-Nya, ada pengutusan yang jelas yang dinyatakannya
kepada kita. Pertama,
pengutusan dengan arah tujuan yang jelas. Pengutusan ini menyangkut kemana atau kepada siapa kita
harus pergi. Kedua,
pengutusan dengan pesan yang jelas. Pengutusan
mengenai pesan yang harus kita sampaikan sesuai perintah Tuhan.
Ilustrasi Humor
Ketika ada acara wisuda
disebuah sekolah theologia di Jakarta. Semua para wisudawan menyampaikan doa
yang sungguh-sungguh ke hadapan Tuhan. Doa para wisudawan yang disampaikan
didalam hati ini kurang lebih berbunyi seperti ini, “Tuhan, utuslah aku melayani Engkau, kemana saja Engkau
mau, asalkan di daerah Jakarta.” Nah, jika
doanya seperti ini berarti bukan doa pengutusan yang dikehendaki oleh Tuhan.
Seharusnya, kemanapun dan dimanapun Tuhan mengutus maka kita harus pergi
kesana. Hanya dengan cara mengikut dan mengiring Tuhan dengan sepenuh hatilah
maka pelayanan kita semakin mempermuliakan nama Tuhan.
Renungan
Jika demikian, Sudahkah
kita tahu arah tujuan perutusan Allah dalam hidup kita? Sudahkah kita melangkah
ke dalam arah tujuan perutusan Allah didalam hidup kita?
Sudahkah kita menyampaikan
pesan khusus yang ditaruh Allah didalam hati, pikiran, mulut kita?
2.
Panggilan Yang Disertai dengan Penyertaan Tuhan (Yer 1: 8)
“Janganlah
takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau,
demikianlah firman TUHAN." (Yer 1:8)
Ketika mengawali sebuah pekerjaan bisa saja kita: grogi,
takut, ragu, tidak maksimal, gagal, gemetaran, dan ditertawakan oleh orang
lain. Apalagi jika pekerjaan pelayanan itu adalah pekerjaan pelayanan yang
sangat unik.
Pesan-pesan yang diberikan oleh Tuhan kepada Yeremia,
bukanlah pesan-pesan yang enak didengar, pesan yang manis dicerna pikiran, atau
pesan kabar baik. Keunikan pelayanan Yeremia adalah banyak diantara pesan yang
disampaikannya adalah pesan yang menggentarkan hati, meremukkan semangat dan
pesan yang menakutkan.
Nabi Yeremia mengungkapkan pergumulannya dalam melayani Tuhan di
dalam kitab Yeremia 15:10 “Celaka aku, ya ibuku, bahwa engkau melahirkan
aku, seorang yang menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh
negeri. Aku bukan orang yang menghutangkan ataupun orang yang menghutang kepada
siapapun, tetapi mereka semuanya mengutuki aku.” Kemudian, di Kitab Yeremia 20:7-10, Nabi Yeremia juga menyatakan keadaannya.
20:7
Engkau telah membujuk aku, ya TUHAN, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk;
Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi
tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku. 20:8 Sebab
setiap kali aku berbicara, terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru:
"Kelaliman! Aniaya!" Sebab firman TUHAN telah menjadi cela dan cemooh
bagiku, sepanjang hari. 20:9 Tetapi apabila aku berpikir: "Aku tidak mau
mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya", maka
dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam
tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.
20:10 Aku telah mendengar bisikan banyak orang: "Kegentaran datang dari
segala jurusan! Adukanlah dia! Kita mau mengadukan dia!" Semua orang
sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh: "Barangkali ia
membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat
melakukan pembalasan kita terhadap dia!"
Meski demikian, nabi
Yeremia mendapat peneguhan dari Tuhan, bahwa apapun yang terjadi maka Tuhan
selalu menyertainya. Penyertaan Tuhan inilah yang membuat Yeremia akan terlepas
dari berbagai rintangan dalam pelayanannya. Begitupun dalam hidup kita, selama
kita mendapat penyertaan dari Tuhan dalam melayani, maka kita percaya kita akan
terlepas dari berbagai persoalan yang ada. Tidak mudah memang, namun janji
penyertaan Tuhan itu pasti bagi hamba yang melayani-Nya dengan
sungguh-sungguh.
Pepatah China mengatakan:
“perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah.” Begitu juga dalam pelayanan
kita. Panggilan Tuhan adalah suatu hal, namun memulai ikut terjun dalam
pelayanan adalah hal yang berbeda. Pertanyaannya kemudian adalah sudahkah kita
berani ikut terlibat dalam melayani Tuhan?
Jika kita
tidak pernah memulai, maka:
Kita
tidak pernah tahu apakah kita bisa atau tidak dalam melayani.
Kita
tidak pernah mencapai sesuatu yang maksimal dalam melayani.
Kita
tidak akan pernah bertumbuh secara personal maupun dihadapan Allah.
Nabi Yeremia mendapat peneguhan dari Tuhan sehingga ia menjadi orang yang
berani menghadapi rasa takutnya untuk memulai pelayanan. Nabi Yeremia memiliki
keberanian yang luar biasa setelah ia mempercayai firman Tuhan yang disampaikan
secara pribadi kepadanya.
Ilustrasi Kesaksian Iman
Seorang hamba Tuhan, saat memulai karir pelayanannya, diminta untuk
mendoakan orang sakit di sebuah Rumah Sakit di kota Yogyakarta. Saat itu, hamba
Tuhan ini masih kuliah di sebuah sekolah theologia. Setelah orang sakit ini didoakan,
ternyata tidak lama kemudian, orang sakit ini meninggal dunia. Hamba Tuhan ini
merasa gagal, tidak percaya diri dan tidak berani lagi mendoakan orang yang
sakit. Dalam benaknya, hamba Tuhan ini tidak mau orang yang didoakannya akan
meninggal dunia.
Suatu waktu, setelah lama tidak mau mendoakan orang sakit langsung di
Rumah Sakit, hamba Tuhan ini diminta untuk mendoakan orang yang sakit parah.
Walau sebelumnya sudah tidak mau, tetapi karena orang yang sakit adalah orang
dekat maka hamba Tuhan ini bersedia mendoakan di Rumah Sakit. Dan, luar
biasanya, orang yang sebelumnya sudah diprediksi oleh dokter sebagai tidak
mungkin pulih, ternyata orang ini malah sembuh secara mujizat setelah didoakan.
Setelah itu, Tuhan malah memakai hamba Tuhan ini dalam berbagai pelayanan
kesembuhan. Dahsyat, bukan? Ketika kita berani memulai pelayanan bersama Tuhan
maka kehadiran Tuhan juga semakin nyata dalam pelayanan kita.
Firman Tuhan menegaskan, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna
melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa
takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” (1Yoh 4:18). Oleh karena itu, pertanyaan renungan bagi kita:
Sudahkah kita berani menanggapi
panggilan Allah dengan memulai Pelayanan?
Sudahkah kita konsisten melayani
Allah dalam setiap aspek dalam hidup kita?
3.
Panggilan Yang Disertai dengan Pemberian Otoritas (Yer
1:9-10)
Lalu
TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku:
"Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.
Ketahuilah,
pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas
kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan
meruntuhkan, untuk membangun dan menanam." (Yer 1:9-10)
Sebelum kita siap......
Sebelum kita merespon panggilan Allah dengan baik.......
Sebelum kita meng-iya-kan panggilan Allah secara pribadi.......
Maka Allah juga belum menyatakan OtoritasNya, Kuasa-Nya, jamahan-Nya
secara Dahsyat!
Tuhan kita adalah Tuhan yang menghargai kehendak bebas manusia. Bagi
Tuhan, manusia bukanlah robot yang sekedar menjalankan perintah apapun yang
diberikan kepadanya. Dalam konteks panggilan Tuhan bagi Yeremia, Tuhan bahkan
tidak memaksakan kehendak-Nya.
Pemberian otoritas Tuhan menjadi dahsyat didalam diri Yeremia, ketika
Yeremia mengatakan “Yes” pada panggilan Tuhan. Baru setelah itu, maka:
Allah mengulurkan tangan-Nya.......
Allah menjamah mulut Yeremia.....
Allah memberikan otoritas kuasa-Nya kepada kita.........
Otoritas adalah kekuatan atau kekuasaan yang melekat didalam penugasan
Tuhan dalam pelayanan kita. Otoritas ini dinyatakan Allah melalui apa yang bisa
kita lakukan dengan pelayanan, apa yang harus kita kembangkan dalam pelayanan,
dan apa yang menjadi keunggulan kita didalam pelayanan.
Ilustrasi Sederhana
Polisi lalu lintas yang berpakaian seragam, memiliki otoritas yang lebih
di jalan raya, jika dibandingkan dengan seorang polisi yang berpakaian rapi
tapi tanpa seragam kepolisian, walau sama-sama bertugas mengatur ketertiban
lalu lintas. Ketika kita ada dirumah sakit, orang yang mengenakan seragam medis
berwarna putih seringkali kita asosiasikan sebagai seorang dokter bukan?
Padahal bisa jadi, ia adalah mahasiswa co-ass.
Ketika Tuhan memanggil Yeremia, Tuhan memberikan otoritas kuasa yang luar
biasa:
Mencabut
dan merobohkan........
Membinasakan
dan meruntuhkan........
Membangun
dan menanam....
Otoritas ini melekat kuat didalam pelayanan Yeremia. Otoritas kuasa ini
adalah otoritas yang diberikan oleh Tuhan dalam pelayanan Yeremia. Begitu juga
dalam hidup kita, setelah kita mengatakan “Yes” untuk melayani Tuhan, maka
Tuhan juga memberikan otoritas kuasa dalam pelayanan kita. Ingat, sebelum Tuhan
Yesus naik ke sorga, Tuhan Yesus mengatakan: “Yesus mendekati mereka dan
berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” (Mat
28:18). Baru setelah itu, Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk “Pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman." (Mat 28:18)
Jadi, panggilan yang meneguhkan itu adalah panggilan yang disertai
pemberian otoritas Tuhan didalamnya. Ada kekuasaan Tuhan yang dinyatakan
melalui setiap penatalayanan kita. Ada mujizat, ada pertumbuhan, ada
pertambahan, dan ada buah yang jelas didalam pelayanan kita.
Ingatlah: Ada
kekuatan ekstra Allah yang dinyatakan dalam setiap aspek didalam pelayanan kita
karena ketaatan, kesungguhan, dan keberanian kita dalam meresponi
pangggilan-Nya!
Penutup
Panggilan untuk melayani Tuhan adalah suatu panggilan yang bersifat
pribadi. Panggilan melayani Tuhan yang meneguhkan adalah panggilan Tuhan yang
membuat kita mampu dalam menghadapi berbagai rintangan dalam pelayanan.
Panggilan Tuhan yang meneguhkan adalah panggilan yang disertai dengan Pengutusan yang
jelas, panggilan yang disertai dengan penyertaan Tuhan yang dahsyat, dan
Panggilan yang disertai dengan Pemberian Otoritas kuasa Allah. Sudahkah kita
meresponi panggilan Tuhan dalam pelayanan? Selamat Melayani. Tuhan Yesus Memberkati, Amen! (Bertinus
Sijabat-Yogyakarta, 23 September 2012)
0 Response to "“Panggilan Melayani Tuhan Yang Meneguhkan” "
Posting Komentar