“Sang Gadis Bola Basket, Pantang menyerah!”


"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"
( Yoh 6:9)
Belajar mensyukuri apa yang masih ada dan siapa yang masih bersedia maju menghadapi tantangan besar dalam hidup ini jauh lebih berguna daripada sekedar menangisi apa yang sudah tidak ada atau siapa yang sudah pergi. Setidaknya, dengan menghitung anugrah yang masih ada, membuat kita masih dapat tetap berdiri teguh dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.

Qian Hongyan, adalah seorang gadis kecil yang harus belajar menyikapi kehidupan yang keras dan penuh dengan rintangan. Terlahir sebagai anak normal, namun pada usia 3 tahun harus menerima kenyataan pahit kehilangan kedua kakinya yang diamputasi oleh karena sebuah kecelakaan fatal.
Dia harus merelakan separuh tubuhnya hilang. Dalam keadaan demikian, kedua orangtuanya bahkan tidak mampu membelikan kaki palsu bagi Qian Hongyan.

Kedua orangtua Qian Hongyan, yang tinggal di Zhuangxia, China, hanya mampu memberikan  potongan bola basket sebagai pengganti kaki palsu. Bola basket inilah yang menjadi kaki bagi Qian Hongyan dalam aktifitas kesehariannya.
Oleh karena harus menggunakan kaki bola basket, Qian Hongyan mendapat julukan baru dari orang-orang sekitarnya. Qian Hongyan adalah si gadis bola  basket.

Hebatnya, dalam situasi yang penuh keterbatasan seperti itupun, Qian Hongyan tidak pernah putus asa. Bahkan dalam kesehariannya, Qian Hongyan senantiasa menjadi anugrah bagi sesamanya dengan selalu menebarkan senyuman penuh harapan.

Luar biasanya, Qian Hongyan tidak mau  berhenti hidup hanya sekedar biasa-biasa saja. Saat ini, Qian Hongyan giat berlatih renang menempuh jarak 2000 meter  setiap harinya. Hal ini tidak lepas dari impiannya menjadi perenang China di Olimpiade renang khusus orang cacat pada tahun 2012.

Dengan tubuh yang hanya setengah, Qian Hongyan tidak pernah setengah-setengah dalam mencapai impiannya. Qian Hongyan memperjuangkannya dengan sepenuh hati, jiwa dan raganya.  (Dari Berbagai Sumber)

Renungan

Apa jenis rintangan terbesar anda saat ini? Apa kekurangan terbesar yang selalu membuat anda mulai berpikir untuk menyerah ketika harus menghadapi tantangan kehidupan yang teramat berat? Mari belajar bersyukur atas apa dan siapa yang masih ada, yang masih mau berjalan bersama, dan bekerjasama dalam mengarungi badai kehidupan. (Bertinus Sijabat-Yogyakarta)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "“Sang Gadis Bola Basket, Pantang menyerah!”"

Posting Komentar